Polemik data beras yang berbeda-beda membuat ICW (Indonesia Corruption Watch) mendorong KPK untuk menyoroti tentang hal tersebut. Ini berkaitan juga dengan kinerja pemerintah, terutama di waktu menjelang pemilu.
Pengamat politik ICW, Ujang Komarudin, menilai perbedaan data ini merupakan persoalan yang berlarut-larut dan selalu muncul dari tahun ke tahun serta berujung pada tahun politik.
Baginya sangat sulit mengkampanyekan keberhasilan dan kesuksesan pemerintah jika sumber datanya berbeda.
"Mengkritik itu tergantung momentumnya. Sekarang sudah ada momentum karena data yang tidak sama itu tidak mampu dituntaskan meski sempat disebut akan diselesaikan,"kata Ujang dalam siaran persnya, Kamis (25/10).
ICW menilai, kalau berbicara mengenai pemerintah yang profesional, yang bekerja berdasarkan integritas dan kepatutan, jika memang indikasi korupsi terbukti dilakukan tidak ada masalah presiden melakukan evaluasi.
Koordinator Divisi Riset ICW Firdaus Ilyas mengatakan, bahwa kejadiannya ini harusnya diivenstigasi secara komprehensif lagi. ICW melalui Firdaus mendorong pihak yang memiliki wewenang dalam penindakan korupsi, yakni KPK untuk menidaklanjuti.
KPK didorong untuk melakukan pengujian menyeluruh secara objektif berdasarkan dua data tersebut.
"Kalau dikatakan metodenya yang berbeda, kan yang di-sampling dan disurvei itu sama. Apalagi untuk data nasional, BPS itu kan dibentuk oleh Undang-Undang (UU), memiliki kewenangan untuk mengumpulkan data per instansi dan menjadi pusat data untuk nasional. Data BPS data resmi," kata Firdaus.
Di sisi lain, ICW mendesak DPR agar DPR mendorong Badan Pemeriksa Keuangan melakukan audit komprehensif terkait neraca pangan Indonesia dan bagaimana kinerja penanganan pangan Indonesia sehingga dapat didapatkan gambaran awal persoalan.
Perbedaan data itu menurut ICW terlihat versi BPS yang menyebut surplus produksi beras 2018 hanya mencapai 2,8 juta ton, jauh di bawah data atau perhitungan Kementan.
Berdasarkan laman resmi Kementan, surplus beras tahun ini sebesar 13,03 juta ton. Perhitungan tersebut dari produksi beras 2018 sebesar 80 juta ton atau 46,5 juta ton setara beras, sementara total konsumsi beras nasional hanya 33,47 juta ton.
Sumber: akurat.co
Komentar
Posting Komentar