Tony Richard Samosir. |
Tidak semua penyakit bisa dicover sepenuhnya oleh BPJS. Salah satunya penyakit ginjal. Untuk melakukan transplantasi ginjal, sistem yang dilakukan adalah dengan sharing atau membagi biaya yang dikeluarkan antara pasien dan BPJS.
Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesi (KPCDI), Tony Richard Samosir, mengatakan, dirinya adalah pasien pertama yang menggunakan BPJS Kesehatan untuk melakukan transplantasi ginjal.
Kenyataan bahwa dirinya harus melakukan sharing cost untuk transplantasi tersebut dengan biaya sampai ratusan juta. Namun dengan usahanya bersama kawan-kawan seperjuangannya di KPCDI, biaya tersebut digratiskan seutuhnya.
Tony bersama teman-temannya yang berada di bawah KPCDI yang berjumlah sekitar 2 ribuan penderita, memiliki beberapa harapan kepada pemerintah agar para pasien penyakit ginjal memiliki kualitas hidup yang lebih layak.
Dijelaskannya juga bahwa saat ini pemerintah sedang menghemat anggaran untuk penyakit katastropik.
Baginya ini kurang efektif karena dampak panjangnya malah akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Hal itu karena penyakit si pasien malah bisa jadi lebih buruk dan akan membutuhnkan perawatan yang lebih intesif nantinya.
Maka Tony berharap, pemerintah harus menyediakan obat apa saja yang diperlukan bagi pasien gagal ginjal. Selain obat-obatan, mereka juga dimudahkan dalam urusan menjangkau akses laboratorium.
Karena menurutnya, cuci darah saja tidak cukup. Pasien butuh obat dan pemeriksaan laboratorium yang komperhensif untuk kualitas hidup yang lebih baik.
"Jadi memang dilihatnya ter-cover semua. Kenyataanya lapanganya dijawab melampaui biaya yang ditetapkan. Coba pikirkan lagi untuk jangka panjang mana lebih mahal. Kemudian sistem rujuk itu, menyiksa kami. Kami ini sudah sedang sakit, berjalan pun susah, nafas susah, menderita, harus antre berjam-jam hanya untuk surat rujukan dari Puskesmas. Sampe rumah sakit antri lagi. Ini kita sedang usahakan ini juga," sambungnya.
Sumber: akurat.co
Komentar
Posting Komentar