(Sumber: Google) |
Kamis (8/11) pagi ini harga minya merosot. Hal itu mengikuti penurunan setelah produksi minyak mentah AS melonjak dan persediaan domestik naik lebih besar dari yang diperkirakan.
Badan Informasi Energi (EIA) AS mengatakan persediaan minyak mentah domestik naik sebesar 5,8 juta barel pada pekan terakhir. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat ekspektasi para analis.
Produksi minyak mentah mencapai 11,6 juta barel per hari, mencetak rekor mingguan, meskipun angka mingguan dapat berubah-ubah.
Data bulanan terbaru untuk Agustus menunjukkan produksi secara keseluruhan mencapai lebih dari 11,3 juta barel per hari.
Minyak mentah AS berjangka, West Texas Intermediate (WTI), turun 54 sen AS menjadi menetap di 61,67 dolar AS per barel. Pada awal Oktober mencapai hampir 20 persen di bawah penutupan puncak 76,41 dolar AS per barel.
Minyak mentah Brent, patokan global, menetap turun enam sen AS menjadi 72,07 dolar AS per barel, bangkit dari terendah pasca laporan EIA.
Penambangan minyak lepas pantai (Sumber: harnas.co) |
Dukungan dari laporan sebelumnya bahwa Rusia dan Arab Saudi sedang membahas apakah akan memangkas produksi minyak mentah tahun depan.
Sementara ekspor minyak Iran diperkirakan akan jatuh setelah sanksi-sanksi AS mulai berlaku pada Senin (5/11). Laporan dari OPEC dan laporan perkiraan lainnya telah mengindikasikan pasar minyak global dapat mengalami surplus pada 2019 karena melambatnya permintaan.
Juga, AS memberikan keringanan sanksi-sanksi Iran kepada 8 negara yang mengimpor minyak mentah negara itu.
"Pasar sekarang akan melihat ke produsen OPEC dan non-OPEC untuk mengendalikan produksi, karena AS telah memberikan delapan negara keringanan dari sanksi, yang pada dasarnya menambah pasokan," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Rusia dan Arab Saudi, produsen utama dalam aliansi pimpinan OPEC, memulai pembicaraan bilateral tentang kembali ke pemotongan produksi tahun depan.
OPEC (Sumber:elkhabar.com) |
Kantor berita TASS Rusia melaporkan, pada Juni, kelompok produsen memutuskan untuk mengendurkan pembatasan produksi yang telah berlangsung sejak 2017, menyusul tekanan dari Presiden Donald Trump.
Analis mengatakan negara-negara itu mungkin lebih bersedia untuk memangkas produksi sekarang setelah pemilihan paruh waktu AS berakhir. Trump, yang partai Republik-nya berjuang untuk mempertahankan kendali kongres, telah mengeluhkan harga bensin yang lebih tinggi.
"Kami berharap untuk mulai mendengar komentar publik dari para menteri OPEC akhir pekan ini tentang penarikan kembali produksi," kata Joe McMonigle, analis di Hedgeye di Washington.
Sebuah komite para menteri yang terdiri dari beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan bertemu pada Minggu (11/11) di Abu Dhabi untuk membahas prospek untuk 2019.
Sumber: akurat.co
Komentar
Posting Komentar