Langsung ke konten utama

Peneliti BATAN: Apakah Nuklir Ini Dibutuhkan oleh Indonesia Atau Tidak?

(Sumber: indopetronews.com)

Peneliti BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) menyebut kalangan pemerintah masih memiliki keraguan yang tinggi terhadap teknologi nuklir untuk dimanfaatkan di berbagai sektor.

Peneliti Nuklir BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto menjelaskan BATAN memiliki sejumlah produk pertanian hasil riset dan pengembangan teknologi nuklir.

Salah satunya varietas padi dengan teknik mutasi radiasi, yang hanya dapat dimanfaatkan lebih jauh jika berkolaborasi dengan kementerian terkait.

Namun sampai saat ini dirinya belum juga berhasil menemui Menteri Pertanian untuk berkolaborasi memajukan pertanian di Indonesia menggunakan hasil riset instansinya.

"Saya pernah bertemu Pak Luhut (Menko Bidang Kemaritiman), beliau langsung menyambungkan ke Mentan tapi kebetulan tidak bisa juga," ujar Djarot.

Lebih lanjut di sektor energi, ia mengungkapkan teknologi nuklir juga masih sulit menembus kebijakan energi nasional. Sehingga BATAN hanya bisa mengambil posisi sebagai technical support organization (TSO).

Mantan Kepala BATAN tersebut menuturkan keraguan tidak hanya terjadi di pemerintahan pusat, tetapi juga di kepala daerah sehingga terjadi kegagalan di beberapa wilayah.

"Jadi kesimpulan saya, apakah nuklir ini dibutuhkan oleh Indonesia atau tidak?" kata Djarot.

Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir BATAN, Hendig Winarno menjelaskan pihaknya akan fokus menjadi provider teknologi, TSO, clearing house of nuclear technology di 2019. BATAN ingin membumikan teknologi nuklir.

"Saya sekali kompori pusat, diseminasi supaya mensosialisasikan benih padi hasil mutasi radiasi lebih banyak. Dari 2000 hingga 3000 hektar saya bilang coba sampai 10 atau 20 kali lipatnya, sehingga padi dari hasil teknologi nuklir ini benar-benar bisa dimanfaatkan," ujarnya.

Kemudian di sektor kesehatan. Hendig berharap radioisotop renogram untuk pemeriksaan fungsi ginjal tidak hanya dimanfaatkan 2 rumah sakit saja, tetapi harus lebih diperbanyak agar produksinya tidak merugi.

"Saya bilang 10 rumah sakit, karena dari segi isotopnya tentu merugi kalau hanya membuat untuk 2 rumah sakit saja, sekecil-kecilnya ya untuk 10 rumah sakit lah," jelas Hendig,


Sumber: akurat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ahok Bakal Jadi Ketua Tim Ibukota Baru, Kominfo: Itu Hoaks

Adakah Hubungan Alis dengan Kepribadian Seseorang?

Pasca Kebakaran, Pelabuhan Muara Baru Seperti Kota Mati