Wali Kota Batam, Muhammad Rudi dan wakilnya, Amsakar; mengecek kontainer di Batu Ampar menyusul ada pesan berantai yang menyebut ada kontainer bermuatan limbah, Jumat (14/6) (Sumber: tribunnews.com) |
Akhir Mei lalu, media internasional ramai membahas langkah mengejutkan pemerintahan Malaysia dan Filipina yang mengembalikan ribuan ton sampah ke Australia dan Kanada.
Kini, langkah berani tersebut menjadi inspirasi bagi Indonesia dalam mengurangi sampah negara. Indonesia dilaporkan telah mengembalikan sekitar 5 kontainer sampah ke Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu.
Dilansir AFP, Minggu (16/6), Indonesia akhirnya secara resmi menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang berani mengembalikan sampah impor ke negara Donald Trump.
Berdasarkan keterangan Direktur Jenderal Pemulihan Kontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah Bahan, Sayid Muhadhar, langkah ini sebagai simbol bahwa Indonesia tidak bisa menerima lagi gunungan sampah dari negara-negara lain.
(Sumber: aksi.id) |
"Ini (sampah AS) tidak pas, dan kita tidak ingin menjadi tempat pembuangan sampah," tutur Muhadhar.
Berdasarkan dokumen impor sampah, seharusnya kelima kontainer sampah AS hanya berupa sampah potongan kertas. Namun pada kenyatannya, Washington justru "menyisipkan" sampah-sampah menjijikkan seperti botol, sampah plastik, hingga diapers.
Kelima kontainer sampah tersebut diketahui milik perusahaan asal Kanada yang datang dari Seattle ke Surabaya pada akhir Maret lalu.
Karena kejadian ini, pemerintah Indonesia langsung bertindak cepat dengan memeriksa beberapa kontainer sampah yang terdampar di pelabuhan Jakarta serta Kepulauan Batam.
(Sumber: kun.or.id) |
Selain Indonesia, Malaysia, dan Filipina; China adalah salah satu negara yang paling menjadi sasaran "tempat pembuangan sampah", khususnya sampah plastik dari berbagai negara di dunia.
Namun setelah bertahun-tahun menyandang status "tempat sampah", akhirnya China menolak gerbang tempat sampah mereka pada tahun lalu. Hal ini tentu saja sebagai upaya China untuk memberangus sampah plastik dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih.
Namun langkah China ini malah mendorong negara-negara maju untuk menyetor sampah ke arah Asia Tenggara; termasuk Indonesia, Filipina, dan Malaysia.
Berdasarkan laporan Worldwide Fund for Nature (WWF), diperkirakan setidaknya ada 300 juta ton sampah plastik yang dihasilkan tiap tahunnya. Parahnya, kebanyakan sampah plastik ini akhirnya mengendap ke tempat pembuangan akhir (TPA) serta laut.
Sumber: akurat.co
Komentar
Posting Komentar