Hongkong Berada dalam Krisis Politik Paling Serius

Para pemrotes RUU anti ekstradisi memegang poster selama protes di aula kedatangan Bandara Internasional Hongkong, 9 Agustus 2019 (Sumber: Reuters)

Bandara Internasional Hongkong menghentikan semua penerbangan pada Senin (12/8) akibat adanya aksi unjuk rasa di terminal bandara. Otoritas menyatakan menghentikan penerbangan berangkat dan tiba di bandara Hongkong setelah ribuan demonstran masuk terminal kedatangan untuk menggelar demonstrasi.

“Selain penerbangan keberangkatan yang telah selesai proses check-in dan penerbangan kedatangan yang telah menuju ke Hongkong, semua penerbangan lain telah dibatalkan untuk hari ini,” papar pernyataan otoritas bandara, dilansir Al Jazeera.

Kerusuhan yang terjadi mengakibatkan Hongkong mengalami krisis politik paling serius dalam beberapa dekade terakhir. Unjuk rasa ini awalnya digelar sebagai bentuk protes atas rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang memberi wewenang bagi siapa pun diadili di wilayah China menggunakan hukum China.

Warga menolak RUU ekstradisi (Sumber: Reuters)

RUU ekstradisi itu dianggap merusak kebebasan yang dimiliki Hongkong selama ini. Para demonstran mendesak agar RUU ekstradisi itu dicabut seluruhnya dan pemimpin Hongkong mengundurkan diri. 

Pemimpin Hongkong, Carry Lam; menolak mundur, namun menghentikan proses pembahasan RUU ekstradisi.

Pengunjuk rasa terus menggelar aksi setiap pekan. Berbagai aksi terus diwarnai kerusuhan dan bentrok melawan aparat keamanan. Situasi ini dapat mendorong Hongkong ke dalam krisis politik yang tanpa ujung.

Bisnis global juga telah mengkhawatirkan dampak unjuk rasa ini bagi kelangsungan usahanya. Hongkong selama ini menjadi lokasi kantor berbagai perusahaan global.

Unjuk rasa telah mengakibatkan lumpuhnya transportasi di kota tersebut dan mengganggu aktivitas warga serta turis di sana.

Sumber: akurat.co