(Sumber: liputan6.com) |
Menurut data AirVisual sampai pada akhir Juli 2019, Air Quality Index (AQI) Jakarta mencapai angka 184 atau termasuk dalam golongan tidak sehat (151-200). Oleh karena itu, Jakarta dinobatkan sebagai kota yang memiliki polusi terparah.
Tapi ternyata, tidak setiap hari Jakarta memiliki AQI yang tidak sehat. Ada waktu terbaik kota ini memiliki kualitas udara yang bagus. Makanya, dari masyarakat pun juga perlu tahu beberapa variasi kualitas udara di daerah masing-masing.
Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp. P(K), Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan, kualitas udara dibagi menjadi 3 variasi. Menurutnya, setiap hari kualitasnya pasti berbeda-beda.
"Jangan terpaku bahwa kualitas udara tidak pernah berubah dan tergantung indeks," katanya.
Perlu diketahui, angka 0 sampai 50 merupakan udara dengan kualitas sehat. Kemudian, angka 50 sampai 100 menunjukkan kualitas udara sedang, dan angka 100 sampai 150 termasuk kualitas sensitif pada kelompok tertentu.
(Sumber: kaskus.id) |
"Yang harus waspada ini adalah golongan anak-anak, perempuan, ibu hamil, pekerja luar ruangan hingga orang yang berpenyakit. Karena mereka lebih sensitif," ujarnya.
Kemudian jika di atas 150, itu sudah harus hati-hati, sebab artinya kualitas udara sudah tidak sehat.
"Di atas 150, artinya sudah di angka 200, sudah buruk. Hal tersebut bisa terjadi karena banyak hal. Misalnya kelembaban udara, arah angin, dan juga polutan," jelasnya.
Maka, dirinya menyarankan sebelum bepergian keluar rumah atau ruangan, masyarakat harus lebih peka terhadap lingkungan dan memantau kualitas udara.
"Sekarang banyak cara mengecek kualitas udara. Ada portable udara ruangan. Jadi dari situ bisa dicek. Kalau buruk ya pakai masker, kalau sehat, nggak perlu pakai karena udara bagus," pungkasnya.
Sumber: akurat.co
Komentar
Posting Komentar