Langsung ke konten utama

Dinilai 'Diam' Terhadap Aksi Demo Pelajar, KPAI: Tidak Semua Kerjaan Kita Orang Tahu

(Sumber: akurat.co)

Tudingan keras datang kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dianggap 'diam' dalam demonstrasi yang melibatkan pelajar dari berbagai daerah. Sikap mereka dianggap tidak sekeras seperti saat mengecam audisi beasiswa bulu tangkis Djarum Foundation.

Namun hal itu dibantah oleh Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti.

Ia mengatakan, dirinya terjun langsung ke lapangan saat demonstrasi berlangsung. Pada malam tanggal 25 dan 30 September, Retno turun langsung demi melihat kondisi demonstrasi yang berujung ricuh dengan aparat.

Hal itu ia lakukan setelah mendapatkan laporan bahwa di belakang gedung DPR RI, Palmerah dan Slipi; kondisi aksi sudah rusuh.

“Saat menerima pengaduan masyarakat tersebut, posisi saya masih di kantor KPAI. Saya mencoba menelepon 112 dan 119. Meskipun sulit karena sepertinya sibuk, namun akhirnya terhubung juga dan mendapat penjelasan bahwa ambulans Pemprov DKI Jakarta sudah berada di sekitar lokasi aksi,” ujar Retno.

KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti (Sumber: merahputih.com)

Memantau kerusuhan di Pejompongan jadi salah satu lokasi awal yang dituju oleh Retno. Hal itu dilakukannya karena konsentrasi masa dinilai menjadi pusat paling ramai karena berada di sekitar gedung DPR.

"Saya juga ke Rumah Sakit AL Mintoharjo, tempat korban paling banyak dibawa oleh ambulans karena posisi terdekat konsentrasi massa aksi,” tambahnya.

Para komisioner KPAI sendiri sudah mendapatkan sejumlah laporan dari masyarakat melalui aplikasi WhatsApp, bahwa ada undangan aksi demo melalui media sosial yang melibatkan pelajar. Atas info tersebut, KPAI melakukan pengawasan langsung ke beberapa stasiun di Jakarta yang menjadi titik turun para pelajar tersebut.

Retno dan anggota KPAI lainnya menceritakan kondisi di lapangan yang menurutnya memang sangat ramai dan cukup mencekam.

"Kami pergi pakai mobil plat merah agar mudah diberi jalan oleh aparat. Dari pengamatan langsung, saya melihat peserta aksi didominasi oleh mahasiswa. Tapi kita mencari para pelajar yang anak-anak untuk mendapatkan pertolongan dan bimbingan. Massa saat itu tampak terkendali, bahkan beberapa mahasiswa membantu mengatur jalan agar lalu lintas dapat dilalui kendaraan umum maupun ambulans," ceritanya.

(Sumber: tagar.id)

Karena kondisi yang tidak memungkinkan di lapangan, akhirnya Retno lebih memilih melakukan pengawasan dan pendampingan kepada para pelajar yang berada di rumah sakit yang menjadi korban.

"Kami menemui beberapa massa aksi demo yang sudah mendapat pertolongan medis karena gas air mata. Ada mahasiswa dan Pelajar yang saat itu sedang memulihkan diri pasca terkena gas air mata. Bahkan saat saya mengobrol dengan mereka, saya ikut merasakan panas pada mata. Rupanya radiasi dari tubuh korban mengenai saya juga, karena posisi kami yang berdekatan,” jelas Retno. 

Saat itu, pihak KPAI datang ke rumah sakit tidak dengan nama embel-embel lembaga perlindungan anak tersebut. Retno menginginkan obrolan yang natural dengan para siswa.

"Kami saat itu tidak bilang dari KPAI, hanya bilang sebagai orangtua yang mencari anaknya. Puluhan pelajar yang menjadi korban mengaku bahwa mereka terpengaruh dari ajakan teman-teman sesama pelajar dan media sosial atas nama solidaritas. Hal ini menjadi beberapa permasalahan yang harus kita antisipasi ke depan," lanjutnya.

Terkait berita yang menyudutkan KPAI seolah diam, Retno hanya meminta kepada masyarakat untuk bijak dan jangan selalu memperkeruh suasana jika terjadi kejadian-kejadian demikian.

"Tidak mungkin juga kita (KPAI) kerja selalu orang tahu dan diberitakan," tutupnya.


Sumber: akurat.co

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ahok Bakal Jadi Ketua Tim Ibukota Baru, Kominfo: Itu Hoaks

Adakah Hubungan Alis dengan Kepribadian Seseorang?

Pasca Kebakaran, Pelabuhan Muara Baru Seperti Kota Mati