Langsung ke konten utama

Nikki Haley Bongkar "Musuh dalam Selimut" Donald Trump

(Sumber: cnbcfm.com)

Dalam buku terbarunya, mantan duta besar Amerika Serikat untuk PBB, Nimrata Haley atau biasa dikenal dengan Nikki Haley, membeberkan fakta mengejutkan.

Ia menuliskan bahwa 2 pembantu top Gedung Putih telah mendorongnya untuk melemahkan Presiden AS, Donald Trump.

Dalam pengakuannya, Haley secara terang-terangan menyebut nama Kepala Staf, John Kelly serta Sekretaris Negara, Rex Tillerson sebagai pihak yang menyuruhnya untuk menolak beberapa tuntutan atau permintaan yang diajukan oleh Trump.

Dalam keterangannya, mantan Gubernur Carolina Selatan ini juga melaporkan bahwa kedua orang tersebut mencoba melemahkan Trump dengan alasan sebagai 'upaya untuk menyelamatkan negara'.

John Kelly (Sumber: cnbcfm.com)

Dilansir dari BBC, dalam bukunya, Haley juga mengungkapkan bahwa, baik Kelly maupun Tillerson, keduanya menjelaskan bahwa mereka tidak bertindak selaku 'bawahan' atau pembantu Trump. Dalam hal ini, keduanya pun dilaporkan telah mengklaim bahwa mereka berhak memberikan keputusan dalam rangka menyelamatkan negara AS.

"Mereka (Kelly dan Tillerson) berkata bahwa itu adalah keputusan mereka, bukan keputusan presiden, dan hal tersebut ditujukan untuk kepentingan terbaik bagi Amerika," tulis Haley dalam buku terbarunya, 'With All Due Respect' (Dengan Segala Hormat).

Kepada media, Haley pun mengaku bahwa ia telah menolak permintaan kedua pembantu Trump tersebut dengan menyebut langkah mereka sebagai tindakan yang 'berbahaya' serta 'ofensif'.

"Daripada mengatakan itu kepada saya, mereka seharusnya mengatakan itu kepada Presiden, bukan meminta saya bergabung untuk ikut melaksanakan rencana sampingan mereka," ungkap Haley.

Rex Tillerson (Sumber: thedailybeast.com)

Seharusnya mereka mengatakan kepada Presiden terkait dengan perbedaan dengannya atau berhenti, jika Anda memang tidak suka dengan apa yang dia lakukan.

Tetapi untuk melemahkan seorang Presiden, itu benar-benar hal yang sangat berbahaya dan bertentangan dengan konstitusi, dan itu bertentangan dengan apa yang diinginkan orang Amerika, terang Haley.

Namun, dalam keterangannya, Haley juga mengungkapkan kejujurannya terkait dengan beberapa kebijakan Trump yang dinilai kurang tepat. Seperti masalah tentang penanganan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada pertemuan puncak di Helsinki hingga demonstrasi berbau rasisme di Charlottesville pada 2017 silam.

Meskipun begitu, Haley juga menambahkan bahwa dia juga mendukung sejumlah kebijakan Trump yang ditentang beberapa pihak. Seperti keputusan untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran, hingga menarik diri dari perjanjian iklim Paris.

Nikki Haley bersama Donald Trump (Sumber: washingtonpost.com)

Haley juga sempat mengkritik langkah Demokrat untuk memakzulkan presiden, dan mengatakan bahwa upaya tersebut "seperti hukuman mati bagi seorang pejabat publik".

Menanggapi pengakuan Haley ini, hingga kini, Tillerson belum memberikan komentarnya. Sedangkan, Kelly mengatakan dia ingin Presiden mendapat informasi lengkap.

"Jika dengan 'perlawanan' serta 'penolakan'yang dia (Haley) maksud adalah menempatkan sebuah proses dimana seorang staf memastikan (Trump) tahu semua pro dan kontra tentang keputusan serta kebijakan apa yang mungkin dia harus renungkan untuk membuat keputusan yang tepat, maka dia telah salah," ucap Kelly.

Sementara dalam komentarnya, Trump diketahui mendukung penuh upaya Haley untuk mengungkapkan secara terbuka terkait dengan upaya pelemahan dirinya.

Dalam akun Twitternya, Trump menulis status 'Semoga berhasil, Nikki!' sebagai bentuk pembelaan untuk mantan utusan PBB tersebut.


Sumber: akurat.co

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ahok Bakal Jadi Ketua Tim Ibukota Baru, Kominfo: Itu Hoaks

Adakah Hubungan Alis dengan Kepribadian Seseorang?

Pasca Kebakaran, Pelabuhan Muara Baru Seperti Kota Mati