(Sumber: newyorker.com) |
Produsen pesawat terbesar di dunia, Boeing, menghadapi hambatan yang semakin besar untuk menerbangkan kembali armada 737 MAX. Hal ini karena ditemukan ada kesamaan faktor kecelakaan Boeing 737 MAX di Indonesia dan Ethiopia yang menewaskan 346 orang.
Para ahli mencurigai sistem otomatis, yang dimaksudkan untuk menghentikan stalling, merupakan faktor yang membuat pilot tidak dapat mengendalikan pesawat mereka ketika mulai menukik ke bawah.
Para penyelidik di Ethiopia meneliti data kotak hitam (black box) dari kecelakaan kedua pesawat. Mereka mengatakan bahwa, "perekam suara kokpit Lion Air yang terkuak bahwa pilot kehilangan kontrol manual saat pesawat mengalami stalling. Sehingga pesawat langsung menukik ke bawah dengan kencang."
Penyelidik yang memeriksa kecelakaan di Indonesia saat ini sedang menginvestigasi bagaimana komputer pesawat dapat mengalami kesalahan informasi dari sensor. Dan apakah pilot memiliki cukup pelatihan untuk menanggapi keadaan darurat dengan tepat.
Komunikasi dari black box menunjukkan bahwa pada saat-saat terakhir, kapten berusaha untuk menemukan prosedur yang tepat di buku pegangan, sementara co-pilot pertama tidak dapat mengendalikan pesawat.
(Sumber: wikimedia.org) |
"Kecelakaan itu disebabkan pilot tidak mengetahui prosedur, layaknya menjawab 100 pertanyaan cepat tapi cuma bisa menjawab 75 persen saja. Pasalnya pilot sudah panik dan memiliki waktu singkat," ungkap salah satu investigator yang memeriksa black box yang tidak ingin disebutkan namanya.
Pada akhirnya, sumber tersebut mengatakan kepada Reuters (21/3), kapten kelahiran India, dalam rekaman masih terdengar tenang, sementara co-pilot asal Indonesia, mengatakan "Allahu Akbar" kemudian pesawat kemudian menabrak air.
Kecelakaan 10 Maret Ethiopian Airlines telah mengguncang industri penerbangan global. Dan membayangi model andalan Boeing yang menjadi target perusahaan untuk menjadi standar selama beberapa dekade yang akan datang.
Boeing yang berkantor pusat di Chicago telah menjanjikan pembaruan cepat dari perangkat lunak penerbangan otomatis untuk pesawat tersebut. Akan tetapi regulator utama di Eropa dan Kanada ingin memastikannya sendiri, daripada mengandalkan pemeriksaan dari AS.
Sumber: akurat
Komentar
Posting Komentar