(Sumber: finansialku.com) |
Indonesia memiliki potensi besar menjadi kekuatan ekonomi digital di masa depan. Hal itu disampaikan Director of Enterprise Payments OVO, Harianto Gunawan. Ia menyatakan bahwa dukungan semua pihak sangat diperlukan, baik dari sisi regulator maupun pelaku pasar sendiri.
"Maka dari itu, kami berkomitmen selain bekerjasama dengan pelaku pasar, juga turut serta untuk menunjang segala inisiatif dari regulator. Contohnya gerakan non tunai," ujarnya.
OVO sendiri tidak mengenakan biaya untuk layanan top up kolaborasi dengan jaringan Prima. Harianto juga mengapresiasi kehadiran LinkAja sebagai layanan keuangan berbasis elektronik, yang dihadirkan oleh perusahaan-perusahaan di bawah naungan BUMN.
Pasalnya, ia melihat digital payment di Indonesia memang masih sangat rendah.
”Masih sekitar 10%. Artinya apa? 90% itu masih cash dominate. Maka dari itu kami sangat welcome," tukas Harianto.
Ilustrasi bentuk keuangan digital saat ini(Sumber: theonebrief.com) |
Menurutnya, para penyedia layanan keuangan digital harus bersama-sama untuk mengedukasi customer akan pentingnya peralihan penggunaan uang tunai ke non tunai. OVO sendiri saat ini tengah agresif menunjang segala inisiatif gerakan non tunai.
Selain kerja sama layanan top up dengan jaringan Prima, mitra Grab ini telah merilis OVO PayLater pada Mei lalu. OVO PayLater adalah fitur keuangan berbasis digital (Fintech) yang melayani penggunanya untuk membeli barang kebutuhan terlebih dahulu dan bayarnya di kemudian hari.
Sebelumnya, OVO juga telah mengumumkan OVO QR code, yakni platform pembayaran yang diterima di semua jenis bisnis, dari mal besar hingga gerai tradisional.
"Kami berharap untuk terus mendorong adopsi dari transaksi non tunai," pungkas Harianto.
Sumber: akurat.co
Komentar
Posting Komentar