(Sumber: Google) |
Pakar ahli neurosains mengatakan bahwa dalam memproduksi hoaks, butuh kreatifitas dan inovasi yang tinggi. Semakin pintar seseorang, maka akan memudahkannya membuat suatu informasi yang dapat diterima masyarakat.
“Kalau orang yang tidak pintar, dia akan sulit berdusta. Jadi untuk berdusta perlu kepintaran. Level dari kepintaran perlu kreativitas tertentu. Dia harus menyerang believe atau theory of mind,” ujar ahli neurosains, Berry Juliandi.
Berry menjelaskan, Sejak kecil manusia sudah mulai berdusta atau disebut sebagai dusta biologis. Hoaks merupakan sesuatu hal yang levelnya lebih kompleks dari berdusta.
“Sejak kecil manusia mulai berdusta, anak kecil akan pura-pura menangis agar diberi perhatian. Dan semakin lama semakin pintar. Tapi yang saya omongkan dari tadi adalah dusta karena biologis, adalah kemampuan untuk memanipulasi untuk memperoleh sumberdaya,” ujarnya.
Sekjen Akedemisi Ilmuwan Muda Indonesia itu menuturkan, hoaks bukanlah bagian dari dusta biologis. Tapi dengan kebiasaan tersebut dan kemampuan otak yang tinggi, membuatnya dapat membuat hoaks yang lebih spesifik untuk tujuan tertentu.
“Kalau yang manusia tadi bikin hoaks, itu sudah lebih ke arah greedy yang ingin sesuatu yang lebih dari apa yang harusnya dia punya. Ingin posisi yang lebih baik, itu lebih dari yang dibutuhkan, dan ada niat jahat,” tutur Berry.
Berry mengatakan, manusia memiliki Theory of Mind, yang dapat memprediksi kepercayaan seseorang, niat dan juga pengetahuan orang lain. Kemampuan ini memungkinkan manusia membuat hoaks yang dapat diterima masyarakat.
“Theory of mind itu adalah cara seseorang menebak pikiran orang lain. Jadi si pembuat hoaks dapat menebak nilai-nilai yang dianggap penting untuk targetnya. Ini melewati alam bawah sadar yang untuk dikelola sehingga dipercaya hoaksnya,” kata Berry.
Sumber: akurat
Komentar
Posting Komentar