Langsung ke konten utama

Perang AS-China Tingkatkan Ketegangan Perdagangan Global

(Sumber: pasberita.com)

Ditambahnya tarif tambahan oleh Amerika Serikat terhadap barang impor Tiongkok merupakan tipikal intimidasi ekonomi dan tidak akan berlangsung lama.

Menurut pakar ekonomi asal Kuwait, Abdullah Al-Salloum, menyatakan bahwasanya melalui kenaikan tarif hanya akan merusak pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut.

"Intimidasi ekonomi yang dilakukan oleh Amerika juga punya dampak negatif secara langsung terhadap ekonomi global terutama Timur Tengah," ujar Al-Salloum melalui Xinhua, Rabu (29/5). 

Atas nama melindungi industri dalam negeri, AS menerapkan tarif mahal pada produk-produk bernilai miliaran dolar AS dari mitra-mitra utamanya, termasuk UE, Kanada, China dan Jepang. Berkat strategi tersebut, AS mampu meningkatkan ketegangan perdagangan di seluruh dunia dan mengguncang fondasi sistem perdagangan global.

Sekretaris Negara AS, Rex Tillerson, dan Menlu China Wang Yi  (Sumber: Reuters)

Dalam ketegangan perdagangan terbarunya dengan Beijing, Washington kembali meningkatkan tarif tambahan terhadap impor China senilai USD 200 miliar yang dari 10% berubah menjadi 25% di awal bulan. Tak cukup sampai disitu, AS dikabarkan kembali mengancam akan menaikkan tarif terhadap lebih banyak impor asal China.

Sebagai respon dari pengenaan tarif oleh AS, China mengumumkan juga akan membalas melalui kenaikan tarif tambahan pada sejumlah barang impor AS mulai 1 Juni mendatang.

Disebutkan, respon tersebut tak hanya ditujukan untuk melindungi kepentingan nasionalnnya, namun juga melindungi norma-norma hubungan internasional dan melindungi sistem perdagangan bebas.

(Sumber: bbci.co.uk)

"Saya percaya China mampu mengatasi krisis ini melalui keputusan ekonomi dan politiknya pada tahap saat ini hingga di masa yang akan datang," ujar Al-Salloum lagi.

Salloum menambahkan, bahwasanya globalisasi telah menciptakan persepsi yang jelas di kalangan pengusaha dimana China merupakan tempat yang aman untuk produksi. Terutama karena standar produksi di sana telah ditingkatkan dan produk-produk asal China tidak lagi dipandang sebagai kelas dua.

Sebagai contoh Apple, dimana produknya dirancang di California dan dirakit di China. Ini menunjukkan bahwa negara tersebut sudah menjadi tujuan pertama dan utama dari produksi besar di semua negara di dunia.


Sumber: akurat.co

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ahok Bakal Jadi Ketua Tim Ibukota Baru, Kominfo: Itu Hoaks

Adakah Hubungan Alis dengan Kepribadian Seseorang?

Pasca Kebakaran, Pelabuhan Muara Baru Seperti Kota Mati