(Sumber: merdeka.com) |
Polusi udara menjadi salah satu ancaman yang mematikan dari kerasnya kehidupan di ibukota. Kualitas udara yang ada di Jakarta semakin hari semakin memburuk.
Tingkat polusi udara di kawasan Jakarta dan beberapa daerah sekitarnya sudah berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Angka polusi udara yang dicatat begitu tinggi, melebihi standar baku mutu nasional yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, KLHK menetapkan bahwa partikulat debu halus PM 2.5 dalam durasi waktu 24 jam adalah 65 ug/m3.
Di Jakarta, angka itu hanya sekadar standarisasi formalitas belaka. Sebab selama 196 hari dalam satu tahun pada 2018, kondisi udara di Jakarta tidak sehat. Jauh melebihi dari angka 65 ug/m3.
(Sumber: kaskus.id) |
Juru kampanye Iklim dan Energi LSM Greenpeace, Bondan Andriyanu, membeberkan data dalam media briefing 'Bersihkan Udaraku'.
Katanya, dari data tahun 2018, dalam setahun itu udara tidak sehat di Jakarta ada sebanyak 196 hari. Selama 123 hari tingkat udara cukup dan hanya 34 hari baik. Standar PM 2.5 itu 65 mg/m3, tapi lebih sering udara tidak sehat itu bisa sampai 2 kali lipat.
Bahkan pada Kamis, (13/6) kemarin, tercatat angka PM 2.5 nya mencapai 180 mg/m3. Ini sudah makin parah.
Dan yang menjadi persoalan besar lainnya adalah sumber polusi udara di Jakarta bukan lagi hanya dari asap kendaraan saja. Sebab, pada periode H-1 Lebaran Idul Fitri 1440 H kemarin, udara di Jakarta angkanya masih melebihi ambang batas.
Ilustrasi pencemaran udara karena pabrik (Sumber: merdeka.com) |
"Jadi di Jakarta pas H-1 Lebaran menyentuh angka 70,8 g/m3. Angka ini berarti masuk kategori tidak sehat. Padahal Jakarta sudah ditinggal orang-orang mudik, jalanan lowong, sedikit kendaraan, tapi masa udaranya masih tidak sehat? Berarti ada sumber polutan lain selain transportasi yang harus dicari tahu benar-benar itu apa," duga Bondan.
Bondan tak menampik bahwa kehadiran industri pabrik dengan cerobong asapnya, pembakaran sampah dan pembangkit listrik tenaga batu bara bisa saja menjadi biang keladi polusi udara yang besar lainnya.
Lebih lanjut, Bondan berharap pemerintah harus benar-benar melek menghadapi persoalan yang membahayakan kesehatan ini. Ia pun juga meminta Pemprov DKI dapat bekerjasama dengan pihak KLHK untuk melakukan pemantauan kualitas udara di ibukota lebih aktif dan serius lagi.
Sumber: akurat.co
Komentar
Posting Komentar