Langsung ke konten utama

Selain AS-Iran, Kini Jepang-Korsel Pun Ikutan Perang Dagang

Selain AS-Iran, Kini Jepang-Korsel Pun Ikutan Perang Dagang
(Sumber: eksposisi.com)

Hubungan Jepang dan Korea Selatan (Korsel) telah berada di titik terendah dalam beberapa pekan terakhir ini. terkait perang dagang bidang teknologi. Para ekonom khawatir perang dagang dapat mengganggu rantai pasokan teknologi dan berdampak buruk bagi ekonomi global.

Apa sebenarnya penyebab perang dagang Jepang-Korsel?

Perang dagang kedua macan Asia ini berawal dari masalah yang sering diumbar-umbarkan media. Media memberitakan pembatasan ekspor Jepang terhadap 3 bahan yang digunakan dalam chip dan tampilan smartphone Seoul. Pembatasan ini diumumkan pada 4 Juli 2019.

Hal itu membuat Presiden Korsel, Moon Jae-In, menuduh Tokyo balas dendam akibat keputusan pengadilan yang menyuruh perusahaan Jepang membayar kompensasi kepada pekerja paksa pada 1910-1945 di Semenanjung Korea (masa dimana Jepang menjajah Korsel).

Jepang menegaskan, masalah kolonialnya telah diselesaikan dengan penandatanganan perjanjian normalisasi pada tahun 1965. Perjanjian ini menyatakan Jepang harus memberikan USD 800 juta bantuan dan pinjaman ekonomi kepada Korsel.

Selain AS-Iran, Kini Jepang-Korsel Pun Ikutan Perang Dagang
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, bersama warga Korsel sedang merayakan hari perlawanan terhadap Jepang (Sumber: okeinfo.net)

Namun, tidak berhenti pada pengingatan masa lalu tersebut, Tokyo langsung marah dengan mengatakan, Jepang khawatir keamanan nasionalnya terusik dari ‘manajemen tidak memadai’ Seoul atas ekspor bahan kimia sensitif, di antaranya hidrogen fluorida. Bahan itu dapat digunakan untuk membuat senjata kimia, seperti Korea Utara, negara yang telah dikenakan sanksi internasional.

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, bahkan tengah mempertimbangkan untuk menghapus Korsel  dari ‘daftar putih’. Hal ini otomatis dapat membuat Jepang lepas dari minimnya kontrol perdagangan bilateral dan semakin membuat khawatir para ekonom global.

Lantas, apa saja dampak dari perang dagang Jepang-Korsel?

Sebelum perang dagang bergulir, raksasa teknologi Korsel, seperti Samsung dan SK Hynix, menggantungkan pasokannya pada produsen Jepang. Tanpa bahan dari Jepang, Korsel tidak dapat membuat chip dan display sehingga produksi smartphone dapat terganggu.

Kini, mereka harus bersusah payah mencari pemasok lain, seperti Apple dan produsen teknologi lainnya. Baru-baru ini, Samsung dan dilaporkan tengah mencari pemasok ke China, Taiwan, dan produsen domestiknya.

Selain AS-Iran, Kini Jepang-Korsel Pun Ikutan Perang Dagang
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in (kiri) bersama Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe (kanan) dalam sebuah pertemuan (Sumber: voanews.com)

Bagi konsumen, baik domestik maupun global, semakin tingginya upaya Samsung untuk mendapatkan bahan itu dapat membuat harga lebih tinggi.

Akankah Amerika Serikat mampu menyelesaikan perselisihan ini?

Ditelisik dari sejarah, pemimpin Jepang dan Korsel tidak pernah bertemu. Namun, AS yang saat itu dipimpin oleh Barack Obama dapat membujuk kedua negara untuk bertemu dan mengatasi perselisihan keduanya.

Pada 2014, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan Mantan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye bertemu untuk pertama kalinya di sela-sela pertemuan puncak keamanan nuklir di Den Haag.

Akan tetapi, administrasi Trump tampaknya kurang berminat untuk terlibat. Meskipun Departemen Luar Negeri AS pekan lalu mengatakan akan bertindak  untuk memperkuat hubungan di antara ketiga negara (AS-Korsel-Jepang), asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, David Stilwell, menilai, Washington tidak berencana ikut campur.

Selain AS-Iran, Kini Jepang-Korsel Pun Ikutan Perang Dagang
Presiden AS, Donald Trump (Sumber: peopledotcom.files.wordpress.com)

Para analis pun mencurigai alibi Presiden AS, Donald Trump yang memanfaatkan keretakan hubungan kedua sekutunya.

Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?

Untuk saat ini, tampaknya tidak ada akhir yang terlihat pada pertengkaran. Seoul telah membawa kasus ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan WTO setuju untuk menengahinya. Namun, pendapat di Dewan Umum WTO memperkirakan perannya tidak dapat membuat banyak kemajuan dalam menyelesaikan perselisihan.

Sejauh ini, saling serang ancaman malah makin memanas. Pada Senin, Moon memperingatkan Jepang, pembatasannya telah “menghancurkan kredibilitas” untuk kerja sama di bidang manufaktur.

Para pemilik bisnis Korea pun berencana untuk memboikot produk-produk Jepang dan 67% warga Korea Selatan, yang disurvei dalam jajak pendapat Gallup Korea menyetujuinya.


Sumber: akurat.co

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ahok Bakal Jadi Ketua Tim Ibukota Baru, Kominfo: Itu Hoaks

Adakah Hubungan Alis dengan Kepribadian Seseorang?

Pasca Kebakaran, Pelabuhan Muara Baru Seperti Kota Mati